- Back to Home »
- Memahami Konsep dasar CSR
Posted by : writing always help
Rabu, 10 Juni 2015
Memahami Konsep Dasar CSR
Agar suatu
perusahaan dapat memberikan manfaat pada masyarakat implementasi CSR sangat
diperlukan. Dalam implementasi tersebut, perencanaan merupakan hal yang utama
agar proses sosial ekonomi masyarakat dapat terarah, realistis dan sistematis
serta mampu mengkoordinasi kepentingan semua pihak, dengan demikian apabila
masyarakata menjadi sejahtera dan mandiri perusahaan pun akan menerima
manfaatnya baik itu secara tidak langsung maupun secara langsung.
A.
Perlunya
Perencanaan
Dalam
perencanaan hal yang menjadi unsur paling penting adalah pengambilan keputusan.
Karena dalam perencanaan CSR ini merupakan proses untuk mengembangkan langkah
apa yang akan diambil dalam menghadapi masalah yang terjadi di suatu organisasi
atau perusahaan. Pengambilan keputusan ini dilakukan oleh pimpinan dengan
meramalkan hal-hal apa saja yang akan terjadi di masa mendatang.
Dalam melakukan
perencanaan ini tentu saja diperlukan langkah-langkah tertentu agar apa yang
direncanakan tersebut dapat terealisasikan. Langkah-langkah yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
a.
Menetapkan
Sasaran
Hal yang pertama dilakukan dalam
perencanaan adalah dengan memutuskan sasaran apa yang ingin organisasi tersebut
capai. Sasaran tersebut harus disusun secara jelas dan memiliki sumber daya
yang sesuai dengan organisasi tersebut agar sasaran yang dilakukan tersebut
dapat direalisasikan secara efektif.
b.
Merumuskan
Posisi Organisasi Saat Ini
Pimpinan harus memerhatikan di mana saat
ini organisasi berada, agar sasaran yang sebelumnya pun sudah ditetapkan dapat
mengetahui sumber daya yang dimiliki saat ini. Perencanaan ini dapat disusun
setelah organisasi mengetahui posisinya. Dalam hal ini keterbukaan sangat
dibutuhkan karena dapat membantu memperlancar informasi yang mengalir, terutama
dalam hal keuangan dan statistic.
c.
Mengindentifikasi
Faktor Pendukung dan Penghambat Menuju Sasaran
Untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan perlu diketahui faktor-faktor baik itu faktor internal maupun faktor
eksternal mana yang mungkin saja menjadi faktor yang membantu atau bahkan
menghambat organisasi atau perusahaan tersebut.
d.
Menyusun
Langkah untuk Mencapai Sasaran
Langkah selanjutnya dalam melakukan
perencanaan adalah mengembangkan semua langkah yang diambil untuk mencapai
semua sasaran yang telah ditetapkan.
Perencanaan itu
sendiri dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu rencana strategis dan rencana
operasional.
a.
Rencana
Strategis
Rencana
ini adalah rencana jangka panjang karena proses pengambilan keputusan akan
menyangkut pada tujuan jangka panjang organisasi out sendiri dan menyangkut
kepada startegi untuk mencapai tujuan. Dalam penyusunan rencana strategis ini
hal yang perlu di perhatikan adalah penggunaan 5W+1H. Secara garis besar
rencana strategis adalah suatu proses perencanaan dalam jangka panjang yang
dapat digunakan dalam merusmuskan tujuan organisasi itu sendiri.
b.
Rencana
Operasional
Rencana
operasional memiliki dua bentuk, diantaranya:
(1)
Rencana
sekali pakai (single use plan), yaitu rencana yang disusun untuk mencapai
strategi atau tujuan tertentu yang kemudian di bubarkan jika tujuan tersebut
sudah tercapai.
(2)
Rencana
permanen (standing plan), yaitu rencana yang sudah distandarkan untuk
menghadapi situasi yang berulang-ulang dan dapat diramalkan sebelumnya.
Dalam suatu
perusahaan diperlukan suatu rencana strategis atau corporate plan yang
merupakan pedoman umum untuk mencapai tujuan perusahaan di masa depan yang
merujuk pada keadaan internal maupun eksternal perusahaan, khususnya pada
dampak apa yang akan di rasakan oleh masyarakat. Dalam perencanaan tersebut
diperlukan adanya visi, misi dan tujuan maupun sasaran yang harus diambil untuk
mendukung tercapainya tujuan perusahaan yang diharapkan.
Suatu rencana
strategis atau corporate plan sebisa mungkin harus disusun dengan memerhatikan
Teknik Analisis Lingkungan Usaha (TALU) yang dalam teknik ini harus
diperhatikan bagaimana dampak dari kegiatan organisasi pada organisasi itu
sendiri maupun di luar organisasi dan khususnya dampak pada masyarakat sekitar.
Ada 4 tahap
penyusunan TALU yang harus diperhatikan, diantaranya;
·
Tahap
1
Dalam tahap ini
dilakukan pengamatan lingkungan usaha dengan tujuan mengidentifikasi faktor
yang ada baik dalam lingkungan kantor maupun lingkungan masyarakat.
·
Tahap
2
Dalam tahap ini
suatu organisasi menentukkan visi, misi, tujuan dan sasaran suatu usaha atau
kegiatan yang harus dirumuskan berdasarkan analisis yang berguna untuk proses
perumusannya.
·
Tahap
3
Menentukan
faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan atau kelemahan dan faktor-faktor
eksternal yang menjadi peluang atau ancaman.
·
Tahap
4
Dalam tahap ini
rencana usaha yang sudah dibuat segera di realisaskian
B.
Perencanaan
Sebagai Landasan Proses CSR
Dalam
perencanaan CSR ada beberapa hal yang perlu dipahami dan untuk melaksanakan
proses CSR tersebut perlu memerhatikan hal-hal berikut;
(1)
Tata
kelola organisasi.
(2)
Hak
asasi manusia.
(3)
Aktivias
tenaga kerja.
(4)
Lingkungan.
(5)
Aktivitas
organisasi yang fair.
(6)
Isu
konsumen.
(7)
Konstribusi
pada komunitas dan masyarakat.
Dari ke-tujuh
hal yang perlu di perhatikan tersebut dalam konsep CSR konstribusi pada
komunitas dan masyarakat (Community Involvement and Development (CID)) menjadi
hal utama yang diperhatikan dalam proses perencanaan CSR. Konsep CID ini
menjelaskan bahwa suatu perusahaan mempunyai kewajiban untuk berbagi kepada
masyarakat dengan cara membangun dan mengajak masyarakat berpartisipasi dalam
perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Ruang lingkup
tanggung jawab sosial ini memiliki beberapa aspek yang dapat dilihat, yaitu;
(1)
Tata
kelola perusahaan.
(2)
Hak
asasi manusia.
(3)
Praktik
perburuhan.
(4)
Lingkungan.
(5)
Praktik
operasional yang adil.
(6)
Isu
konsumen.
(7)
Keterlibatan
masyarakat dan pengembangannya.
C.
Model Metode
Perencanaan
Untuk
melaksanakan proses CSR diperkenalkan lah suatu metode model perencanaan yang
disebut dengan Participatory Rural Appraisal (PRA) atau biasa disebut sebagai
suatu tindakan pengamatan pada pedesaan secara partisipatif yang merupakan
metode pembelajaran masyarakat. Metode PRA ini memilik tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat pedesaan dalam memahami suatu kondisi baik itu
kesempatan mau hambatan dalam kehidupan pedesaan mereka.
PRA sendiri
mempunyai prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami, diantaranya;
(1)
Mendahulukan
masyarakat
Dalam prinsip ini suatu perusahaan akan
lebih banyak mendahulukan masyarakat biasa yang selama ini tersisihkan karena
biasanya selalu ada perusahaan yang lebih memilih melibatkan masyarakat yang
dinilai mempunyai derajat lebih tinggi yang nantinya akan membantu dan mempermudah
proses pelaksanaan CSR namun hal yang demikian tidak sesuai standar yang ada.
(2)
Pemberdayaan
masyarakat
Prinsip ini sesuai dengan tujuan PRA
yaitu meningkatkan pengetahuan masyarakat agar memiliki kemampuan dalam
pembangunan. Masyarakat di harapkan mampu untuk meraih peluang yang ada
disekitar dan sebisa mungkin bisa memanfaatkan peluang tersebut.
(3)
Dari,
oleh, dan untuk masyarakat
Dalam prinsip ini masyarakat berperan
sebagai subjek atau pelaku utama pelaksanaan PRA sedangkan penyuluh berperan
sebagai fasilitator.
(4)
Belajar
dan mengahargai perbedaan
Menghargai segala perbedaan yang ada di
masyarakat, seperti perbedaan pendapat, perbedaan ras, perbedaan adat istiadat,
perbedaan tingkat kemajuan teknologi dan sebagainya.
(5)
Memecahkan
masalah masyarakat
Prinsip ini difokuskan pada bagaimana
suatu masyarakat mampu memberikan solusi pada suatu masalah dan bagaimana cara
memecahkan masalah yang ada.
(6)
Belajar
dari kesalahan
Dalam pelaksanaan PRA bukan tidak
mungkin masyarakat akan melakukan suatu kesalahan maka dari kesalahan tersebut
diharapkan bisa belajar dari kesalahan dan memperbaikinya sehingga tidak
terulang kembali, namun sebisa mungkin berusahalah untuk menghindari kesalahan
yang mungkin terjadi.
(7)
Berkelanjutan
Proses PRA merupakan kegiatan yang harus
diulang secara berkala agar senantiasa dapat mengikuti berbagai perubahan yang
sangat dinamis.
(8)
Keterbukaan
Harus ada keterbukaan dalam menjalankan
proses PRA ini agar segala arus informasi dapat diterima dengan baik dan proses
ini pun berjalan dengan lancar.
(9)
Belajar
menemukan sendiri
Prinsip ini memfokuskan pada terciptanya
iklim yang mendorong masyarakat agar memiliki keinginan sendiri untuk belajar.
(10)
Belajar
dalam situasi nyata
(11)
Belajar
melalui pengalaman.